Ajaran Sosial Gereja Pra dan Pasca KV II

Ajaran sosial Gereja merupakan cara untuk terlibat dalam permasalahan dunia yang konkrit. Itulah wujud konkrit perutusan Gereja di tengah dunia.


Ajaran Sosial Gereja Katolik adalah kumpulan doktrin yang dikembangkan oleh Gereja Katolik mengenai persoalan keadilan sosial, menyangkut isu-isu kemiskinan dan kesejahteraan, ekonomi, organisasi sosial, serta peranan negara. 

Sebelum Konsili Vatikan II pandangan gereja tentang dunia sangatlah beda, ada dikotomi yang kontras: baik vs buruk, kudus vs dosa, surga vs neraka, Gereja vs dunia, jiwa vs raga, roh vs daging, kaya vs miskin, laki-laki vs perempuan, raja vs rakyat, tuan vs hamba.

Perhatikan kesejajarannya. Kedua golongan itu saling menjauh. Gereja harus terpisah dan berbeda dari dunia. Maka Gereja pra K.V II, tampak kuat berciri institusional dan struktural, umat menjadi bagian bawah, penerima.

Namun setelah K.V II pandangan gereja terhadap dunia berubah total.

  • Gereja melihat dirinya sebagai sakramen keselamatan bagi dunia. Dunia tidak lagi dijauhi dan dibenci tapi didekati dan dikasihi ditawarkan keselamatan.
  • Dunia dijadikan teman dialog, untuk bersama-sama membangun manusia yang utuh dan kudus lewat nilai-nilai budaya, adat istiadat, tekonologi.
  • Dunia dihormati otonomi dengan ciri sekulernya (duniawinya). Itu tidaklah jahat, tetapi aslinya bertujuan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Jika dunia terlalu duniawi (sekuler) maka kembali ke nomor a) gereja menjaga dan menawarkan keselamtanya.

Paus Yohanes XXIII

Konsili adalah rapat akbar para uskup seluruh dunia untuk merumuskan banyak hal penting termasuk pokok-pokok ajaran iman.  Paling terkenal adalah Konsili Vatikan II (KV.II).

Konsili dimotori oleh Paus Yohanes XXIII. Paus ini sudah sepuh, dan dipilih sebagai masa peralihan karena belum ada Paus yang sungguh dapat diyakini dapat memimpin. Faktanya, Paus yang diragukan ini justru membuat keputusan besar yang hebat. Secara simbolis, di hari pertama dia menyuruh membuka jendela-jendela tempat tinggalnya, “agar udara bau busuk di dalam dapat keluar, dan udara segar dari luar bisa masuk,” begitu katanya. Oktober 1962.  Gerakan pembaharuan dan gereja yang membuka diri ini dia sebut, “aggiornamento.”

Gaudium et Spes.

Dalam KV. II lahirlah sebuah dokumen penting : Gaudium et Spes (GS: Kegembiraan dan Harapan). Dalam dokumen ini, jarak antara gereja dan dunia dihilangkan. Dunia tidak dipandang sebagai buruk dan jahat, penuh dosa, maka harus dijauhi, sebaliknya duka dan kecemasan, gembiraan dan harapan dunia menjadi duka dan kecemasan, kegembiraan dan harapan gereja. Gereja harus masuk dan menyatu dengan dunia untuk membuatnya bermartabat, itulah yang dilakukan Kristus. Dunia dipandang lebih positif.

Semua manusia dilihat sama martabatnya. Mazmur 8:5-7, “…Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan KEMULIAAN dan HORMAT…..”  Tidak adalagi dikotomi laki-laki dan perempuan, raja dan rakyat, Pastor dan Umat, semuanya dihormati sama, semuanya butuh diselamatkan. Maka GS art. 3 mengatakan, gereja hadir untuk melayani bukan dilayani. Semua umat berhak atas kabar gembira dari Tuhan.

Peran Gereja dalam Masalah Dunia

Gereja dan Perdamaian Dunia

Damai bukan hanya tidak ada perang. Damai mengandaikan adanya tatan sosial yang adil, sama dan serasa, yang menjamin kebebasan, ketenang dan keamanan semua orang. Intinya bila semua orang bisa hidup bebas dan nyaman, di situ telah ada damai.  GS art.78 menyuruh kita untuk melakukan KEBENARAN dalam CINTA KASIH, agar tercipta perdamaian dan persatuan sesama manusia.

Ketidakdamaian dunia sekarang juga disebabkan oleh kesenjangan antara rakyat miskin dan kaya, Negara kaya dan Negara miskin. Maka Paus Yohanes XXIII dalam Mater et Magistra (1961) dan Pacem in Teris (1963).

Gereja dan Kaum Miskin

Sebab kemiskinan telah dibahas sebelumnya. Tugas gereja adalah ikut berusaha untuk menghilangkan penyebabnya. Paus Yohanes Paulus II mengajak kita dalam ensikliknya Sollicituo Rei Socialis, agar memperhatikan kaum miskin dengan serius. Lalu lahirlah konsep option for the poor. Konsep ini aslinya sudah ada dalam Octogessimo adveniens (1971), dari Paus Paulus VI. Paus Paulus VI, menyeruhkan agar kita mesti lebih hormat pada kaum miskin, terhadap hak mereka untuk berkembang. 

Gereja dan Penegakan Keadilan

Adil adalah situasi yang seimbang, tidak berat sebelah. Adil berarti hidup pada kebenaran. Lebih dari itu, bertindak adil berarti memberikan orang apa yang menjadi hak. Dengan definisi ini kita dengan mudah mengenal tindakan yang tidak adil : Rakyat tidak mendapat haknya untuk hidup sejahtera, pekerja / kaum buruh tidak mendapat haknya pantas bahkan diabaikan. Hak petani atas lahannya diambil oleh pemilik modal untuk dijadikan pabrik. Revolusi Industri abad 18 (1750-1850), ternyata berdampak buruk pada kaum buruh. Tenaga manusia diganti oleh mesin sehingga terjadi PHK besar-besaran. Kaum buruh yang masih bekerja pun dianggap mesin, dipaksan bekerja keras dengan upah sangat minim. Situasi ini diterangkan dengan jelas dalam ensiklik Paus Leo XIII, Rerum Novarum (1891). Paus menentang situasi tidak manusiawi dan perbudakan yg dialami para buruh / pekerja. Bahkan 40 tahun kemudian situasinya belum banyak berubah, maka Paus Pius XI menulis ulang ide Paus Leo dalam Quadragesimo Anno. Paus Pius menganjurkan agar tatanan sosial harus diatur ulang.

Gereja dan Pelestarian Keutuhan Ciptaan.

Hidup pada abad teknologi Paus Yohanes Paulus II harus bicara juga tentang Lingkungan Hidup yang menjadi efek samping dari kemajuan dunia. Ini ditulisnya dalam Sollicitudo Rei Socialis art. 34. Pertama :  tidak memakai seenaknya aneka macam makhluk hidup atau tidak, biotik atau abiotic, meskipun untuk kebutuhan ekonomi. Kedua: sadarilah bahwa sumber-sumber energy alam itu terbatas, bahkan ada yg tidak dapat diperbaharui lagi. Ketiga: mutu kehidupan daerah industry sangat buruk karena pencemaran lingkungan.

Keterlibatanku dalam Membangun Dunia yg Adil, Damai dan Sejahtera

Gaudium et Spes, art. 26 melihat SEJAHTERA sebagai kondisi hidup masyarakat agar tiap anggota atau kelompok, pribadi atau suatu kelompok dapat hidup secara utuh, penuh untuk mencapai kesejahteraan mereka sendiri. Setiap kelompok atau pribadi mesti memperhitungkan kebutuhan dan aspirasi kelompok lain. Adil, damai dan sejahtera itu berarti tiap orang terjamin haknya untuk memiliki sesuatu yang menjamin martabatnya sebagai manusia.


Ajaran Sosial Gereja (ASG) sebelum Konsili Vatikan II

Rerum Novarum (1891) : oleh Paus Leo XIII.   (Hal-hal Baru)

Promosi martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; setiap manusia memiliki hak milik pribadi (melawan gagasan Marxis-komunis – revolusi industri). Gereja bertugas membangun keadilan sosial, pembelaan terhadap kaum buruh. 3 hal yang harus dihargai sama sebagai pembentuk ekonomi : Buruh, Modal dan Negara.

Quadragesimo Anno (1931) : oleh Paus Pius XI.    (Dalam 40 tahun)

Peringatan 40 tahun Rerum Novarum. Menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja dalam permasalah sosial, mengecam kapitalisme, persaingan pasar bebas dan komunisme. Kaum buruh berhak atas milik pribadi, hak kaum buruh atas kerja, upah yg adil, serta hak berserikat.

Mater et Magistra (1961) : oleh Paus Yohanes XXIII.   (Ibu dan Guru)

Ajakan bagi semua Kristiani dan orang-orang yg berkehendak baik untuk bersama-sama menciptakan lembaga-lembaga sosial (local, nasional, internasional) demi menjaga martabat manusia dan menegakan keadilan serta perdamaian.  Seruan yang sama ditulisnya lagi dalam …

Pacem in Terris (1963), oleh Paus Yohanes XXIII  (Damai di Bumi)

Tata dunia, tata negara, relasi antarwarga masyarakat dan negara, struktur negara (bagaimana diatur); hubungan internasional antarbangsa; seruan agar dihentikannya perlombaan senjata; soal “Cold War” (perang dingin) oleh produksi senjata nuklir.


Ajaran Sosial Gereja (ASG) setelah Konsili Vatikan II  (KVII :1962 – 1965)

Paus Yohanes XXIII membuka Konsili Vatikan II (11 Oktober 1962)  Selama tiga tahun para kardinal dan uskup mendiskusikan hakikat Gereja dan perutusan ke dunia serta di dalam dunia. Mereka menghasilkan konstitusi (aturan) Pastoral Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Isinya : Tugas khas gereja adalah menjadi terang dan kekuatan bagi masyarakat manusia menurut hukum ilahi.

Populorum Progressio (1967), oleh Paus Paulus VI.  (Perkembangan Masyarakat). Negara-negara kaya dan miskin meski bekerja sama dalam membangun semangat solidaritas, demi mangatasi masalah kemiskinan, kelaparan dan ketidakadilan structural.

Octogesimo Adveniens (1971), oleh Paus Paulus VI. (Ulang tahun ke-80)

Merayaan 80 tahun Rerum Novarum. Ada kesulitan untuk membentuk tatanan (keteraturan sosial) baru. Kesulitan ini terjadi pada proses pembentukan tatanan baru itu sendiri. Entah karena mentalitas pelaku pembaharuan yang belum siap atau karena apa yang mau dirubah juga menolak adanya pembaharuan. Maka Paus meminta semua umat Kristiani untuk melihat

Laborem Exercens (1981), oleh Paus Yohanes Paulus II. (Dalam Kerja Manusia). Memuat makna kerja manusia. Bahwa bekerja berarti mengembangkan karya Allah dan ikut serta dalam sejarah penyelamatan. Dan bahwa tenaga keraja (pekerja) harus lebih utama dari pada alat dan teknologi atau model.  

Sallicitudoe Rei Socialis (1987), oleh Paus Yohanes Paulus II. (Kepedulian Sosial). Mengingatkan kita semua bahwa ada struktur-struktur dosa yang membelenggu dalam masyarakat. Paus juga menegaskan kembali bahwa masih banyak orang-orang kecil yang di-objek-kan (menjadi korban) dalam pembangunan.

Contessimus Annus (1991), oleh Paus Yohanes Paulus II.  (100 tahun) Seruan paus agar gereja terus belajar di dalam dan bersama pelbagai macam persoalan-persoalan sosial.


Ajaran Sosial Gereja Di Indonesia

Ajaran Sosial Gereja di Indonesia sampai saat ini belum menjadi gerakan bersama seluruh umat. Gerakan itu masih sporadic dan dilakukan oleh kelompok, yakni mereka yang berada paling dekat dengan otoritas gereja atau mereka yang berada di dalamnya.  Misalnya, para kongregasi biarawati / biarawati berusaha memberdayakan masyarakat dengan membangun sekolah, rumah sakit.

Beberapa tokoh muncul, misalnya Rm. Sandyawan, SJ, yang dekat dan berjuang bersama dengan kaum buruh di Jakarta. Rm. Magnis Suseno, SJ, aktif menjadi pengamat budaya dan politik yang sering bersuara untuk menjaga etika politik. Rm. Mangunwijaya,Pr pejuang dan pembela hak-hak kaum kecil dan termarginal di Yogyakarta. Rm. Marsel Agot, SVD yang membuat hutan lindung di wilayah kering Labuhan Bajo – Flores.

10 tahun belakangan muncul gerakan koperasi (Credit Union) yang ternyata banyak menolong warga untuk berkembang secara ekonomi. Namun gerakan itu belum maksimal menjadi gerakan seluruh umat, karena :

Pertama, Gereja Indonesia masih berfokus pada ritual peribadatan. Orang yang kaya merasa sudah cukup bila memberi kolekte lebih banyak, ikut panitia pembangunan gereja, panitia natal dan paskah, aktif dalam kegiatan katekese.

Kedua, Menghadapi persoalan sosial, gereja masih terbatas pada pengetahuan / teori. Mengatasinya masih pada level seminar, teori, motivasi. Mendekati orang miskin, gereja masih sekedar karikatif : memberi sumbangan. Usaha untuk mengubah struktur masyarakat, atau pendampingan sumber daya manusia belum luas dilakukan.

Ketiga, Umat Gereja sering bersembunyi di balik ungkapan dan perasaan “minoritas” sehingga takut, segan atau tidak mau bergerak.


Berbeda dengan gerakan Gereja Amerika Latin, yang sangat progressive dan revolusiener. Malahan mereka memiliki konsep Teologi Pembebasan. Teologi mengajarkan bahwa keselamatan itu adalah situasi bebas dari tekanan kemiskinan, perbudakan, ketidakadilan. Maka kebebasan itu harus diperjuangkan, bila perlu dengan revolusi. Di tempat ini, gereja sungguh terasa ada di tengah masyakat untuk berjuang bersama  Dari sana kita kenal Mgr. Oscar Romero dari El-Salvador, Mgr. Dom Helder Camara dari Brasil.


COMMENTS

Nama

Info Katolik,14,Katekese,71,Pendidikan Agama Katolik Kelas 10,21,Pendidikan Agama Katolik Kelas 11,14,Pendidikan Agama Katolik Kelas 12,10,Renungan Harian,77,
ltr
item
Iman Budi Pekerti: Ajaran Sosial Gereja Pra dan Pasca KV II
Ajaran Sosial Gereja Pra dan Pasca KV II
Ajaran sosial Gereja merupakan cara untuk terlibat dalam permasalahan dunia yang konkrit. Itulah wujud konkrit perutusan Gereja di tengah dunia.
https://1.bp.blogspot.com/-W8EC8-ESQdY/YFG5kMYXYSI/AAAAAAAAApU/1O9DGMaUg3EkbgZ4emkewRJFiCZqIiIBgCLcBGAsYHQ/s320/30.png
https://1.bp.blogspot.com/-W8EC8-ESQdY/YFG5kMYXYSI/AAAAAAAAApU/1O9DGMaUg3EkbgZ4emkewRJFiCZqIiIBgCLcBGAsYHQ/s72-c/30.png
Iman Budi Pekerti
https://www.imanbudipekerti.com/2020/07/ajaran-sosial-gereja.html
https://www.imanbudipekerti.com/
https://www.imanbudipekerti.com/
https://www.imanbudipekerti.com/2020/07/ajaran-sosial-gereja.html
true
5109731088758417862
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content