Melihat permasalahan dunia yang terjadi, Gereja sebagai persekutuan umat beriman dan bagian dari dunia, tentunya tidak akan tinggal diam saj...
Melihat permasalahan dunia yang terjadi, Gereja sebagai persekutuan umat beriman dan bagian dari dunia, tentunya tidak akan tinggal diam saja. Sikap dasar Gereja dalam hubungannya dengan dunia bermula dari suatu pemikiran Paus Yohanes XXIII yang melahirkan Konsili Vatikan II, yang menghasilkan dokumen-dokumen penting yang mewarnai tonggak sejarah Gereja dalam kehidupannya di dunia.
Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II adalah Gaudium et Spes (kegembiraan dan harapan). Dengan Konsili Vatikan II, Gereja membuka dirinya terhadap dunia luar. Di mana selama ini, Gereja tertutup terhadap dunia luar.
Lewat Konsili Vatikan II, Gereja sungguh telah memperbaharui diri dalam hubungannya dengan dunia. Hubungan yang lebih baik ini disebabkan karena Gereja mulai memiliki pandangan baru tentang dunia dan seiisinya.
Pandangan Baru tentang Dunia dan Manusia
a. Dunia
Pada masa lalu dunia sering kali dipandang negative sebagai dunia berdosa sehingga terdapat gagasan bahwa dunia tidak berharga, berbahaya, jahat, dan tidak termasuk lingkup keselamatan manusia, bahkan merupakan halangan dan rintangan bagi manusia untuk mencapai keselamatan. Pandangan demikian mungkin didasari oleh penafsiran secara dangkal terhadap teks Kitab Suci, misal: 1 Yoh 2 : 15-16; 1 Yoh 5 : 19; Rm 12 : 2; Yoh 16 :33; Gal 6 : 14.
Konsili Vatikan II mengajak kita untuk melihat dunia secara lebih positif, Dunia dilihat sebagai seluruh keluarga manusia dengan segala yang ada di sekelilingnya. Dunia menjadi pentas berlangsungnya sejarah umat manusia. Dunia ditandai dengan usaha-usaha manusia, dengan segala kekalahan dan kemenangannya. Dunia diciptakan dan dipelihara oleh cinta kasih Tuhan Pencipta. Dunia yang pernah jatuh menjadi budak dosa, kini telah dimerdekakan oleh Kristus yang telah disalibkan dan bangkit pula, untuk menghancurkan kekuasaan setan agar dunia dapat disusun kembali dengan rencana Allah dan dapat mencapai kesempurnaan.
b. Manusia
Menyangkut manusia kita bicarakan tentang martabat manusia, masyarakat manusia dan karya manusia. Sejak dahulu Gereja sudah selalu mengajarkan bahwa manusia mempunyai martabat yang luhur, karena manusia diciptakan menurut citra Allah dan dipanggil untuk memanusiawikan dan mengembangkan diri menyerupai Kristus, dimana citra Allah tampak secara utuh.
Manusia adalah ciptaan yang memiliki akal budi, kehendak bebas, dan hati nurani. Ketiga-tiganya in menunjukkan bahwa manusia adalah sebagai citra Allah, walaupun dapat disalah gunakan sehingga jatuh kedalam dosa. Manusia sungguh ciptaan yang istimewa, karena ia diciptakan demi dirinya sendiri, padahal makhluk lain diciptakan hanya untuk manusia. Pribadi manusia dan masyarakat memang saling bergantungan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan rencana Tuhan karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang bermasyarakat. Allah, yang memelihara segala sesuatu sebagai Bapa, menghendaki agar semua manusia membentuk satu keluarga dan memperlakukan seorang akan yang lain dengan jiwa persaudaraan (G.S 24). Kristus sendiri berdoa agar “ semua menjadi satu …………seperti kita pun satu adanya” (Ya 17 : 21 – 22).
c. Usaha dan Karya Manusia
Perkembangan dunia disegala bidang memang dikehendaki Tuhan dan manusia dipilih untuk menjadi “ rekan kerja” Tuhan dalam melaksanakan perkembangan dunia. Kebenaran ini perlu disadari pada masa kemajuan ilmiah dan teknik ini, supaya manusia tidak salah langkah. Usaha dan karya manusia menjadi apa pun bentuknya mempunyai nilai yang luhur karena dengan itu manusia menjadi partner Tuhan dalam penyempurnaan dan menyelamatkan dunia ini. Selanjutnya, dengan berkarya manusia bukan saja menyempurnakan bumi ini tetapi juga menyempurnakan dirinya sendiri.
Misi dan Tugas Gereja dalam Dunia
Tugas Gereja dalah melanjutkan karya Kristus sendiri yang datang ke dunia untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran, untuk menyelamatkan dan bukan untuk menghakimi, untuk melayani dan bukan dilayani (GS art 3). Misi dan peran Gereja di dunia adalah mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat manusia. Dengan melalui berbagai cara Gereja menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat.
Kerajaan Allah sebagaimana yang diwartakan dan diperjuangkan oleh Yesus memang baru akan terwujud secara sempurna pada akhir jaman. Namun Kerajaan Allah itu sudah mulai mendatangi manusia dan ada diantara kita.
Dalam Injil tersirat kesadaran bahwa misi atau tugas Gereja pertama-tama bukan “penyebaran agama”, melainkan Kabar Gembira (Kerajaan Allah) yang relevan dan mengena pada situasi konkret manusia dalam dunia yang majemuk ini. Menjadi pelayan Kerajaan Allah berarti berusaha dengan segala macam cara ke arah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat, misalnya persaudaraan, kerjasama, dialog, solidaritas, keterbukaan, keadilan, hormat kepada hidup, memperhatikan yang lemah, miskin, tertindas, tersingkirkan, dsb.
Bagi Gereja, mewartakan Injil berarti membawa Kabar Gembira ke segenap lapisan umat manusia, sehingga berkat dayanya kabar tersebut masuk ke dalam lubuk hati manusia dan membaharui umat manusia dari dalam. “Lihatlah Aku memperbaharui seluruh ciptaan” (EN 18).
Berikut disebutkan beberapa hal pokok seperti yang disarankan oleh Gaudium et Spes yang harus menjadi perhatian Gereja masa kini, yakni :
1) Martabat Manusia
Manusia dewasa ini berada di jalan menuju pengembangan kepribadiannya yang lebih penuh dan menuju penemuan serta penebusan hak-haknya yang makin hari makin bertambah. Untuk itu Gereja dapat berperan antara lain :
- Membebaskan martabat kodrat mausia dari segala perubahan paham, misalnya terlalu menekankan dan mendewasakan tubuh manusia atau sebaliknya.
- Menolak dengan tegas segala macam perbudakan dan pemerkosaan martabat dan pribadi manusia
- Menempatkan dan memperjuangkan martabat manusia sesuai dengan maksud Penciptanya.
2) Peran Gereja dalam Masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat, Gereja dapat berperan antara lain sebagai berikut :
- Membangkitkan karya-karya yang melayani semua orang, terutama yang miskin, seperti karya-karya amal, dsb.
- Mendorong semua usaha ke arah persatuan, sosialisasi, dan persekutuan yang sehat di bidang kewargaan dan ekonomi.
- Karena universalitasnya, Gereja dapat menjadi pengantara yang baik antara masyarakat dan negara-negara yang berbeda-beda hidup budaya dan politik.
3) Usaha dan Karya Manusia
- Gereja akan tetap meyakinkan putra-putrinya dan dunia bahwa semua usaha manusia, betapapun kecilnya bila sesuai dengan kehendak Tuhan mempunyai nilai yang sangat tinggi, karena merupakan sumbangan pada pelaksanaan rencana Tuhan.
- Gereja akan tetap bersikap positif dan mendorong setiap kemajuan ilmiah dan teknik di dunia ini asal tidak menghalangi melainkan secara positif mengusahakan tercapainya tujuan akhir manusia.
- Akhirnya, Konsili Vatikan II mencatat masalah-masalah yang dilihatnya sebagai masalah yang mendesak, yakni martabat pernikahan dan kehidupan keluarga, pengembangan kemajuan kebudayaan, kehidupan sosial ekonomi dan politik serta perdamaian dan persatuan bangsa-bangsa.
4) Hubungan antara Gereja dan Dunia
Menyangkut hubungan antara gereja dan dunia dapat diangkat satu dua hal berikut ini :
- Gereja setelah Konsili Vatikan II (Gereja postkonsilier) melihat dirinya sebagai “ Sakramen Keselamatan” bagi dunia. Gereja menjadi terang, garam, dan ragi bagi dunia. Dunia menjadi tempat atau lading. Dimana Gereja berbakti. Dunia tidak dihina dan dijauhi, tetapi didatangi dan ditawari keselamatan.
- Gereja dijadikan Mitra Dialog. Gereja dapat menawarkan nilai-nilai injili dan dunia dapat mengembangkan kebudayaannya, adapt istiadat, alam pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga Gereja dapat lebih efektif menjalankan misinya di dunia.
- Gereja tetap menghormati otonomi dunia dengan sifatya yang sekuler, karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat mensejahterakan manusia dan membangun sendi-sendi Kerajaan Allah.
COMMENTS