Setiap manusia mempunyai kemampuan, dan bakat dalam ukurun dan lingkungan tertentu, dengan sifat, karekter, pemikiran, dan perasaannya masing-masing.
1. Belajar Mengembangkan Bakat, Pengetahuan,
Kerohanian dan Ketrampilan
Perlu
disadari bahwa kita mempunyai kekuatan (pengetahuan dan bakat), sifat, dan
karakter pribadi yang unik, yang telah ada dan berkembang di dalam diri kita.
Segala kemampuan dan bakat tersebut, hendaknya dikembangkan dan digunakan
karena merupakan anugerah dari Allah yang pantas kita syukuri. Allah menghendaki
agar bakat, kemampuan, kekuatan atau “talenta” yang kita punyai, terus
dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil; Matius (Mat
25:14-30). Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang tuan yang
mempercayakan uangnya kepada ketiga hambanya. Hamba yang pertama dipercayakan
lima talenta, yang kedua dipercayakan dua, yang ketiga dipercayakan satu.
(dalam kitab Lukas disebutkan sang tuan membagikan sepuluh mina kepada sepuluh
hambanya, masing-masing menerima satu mina, namun pada akhirnya hanya tiga pula
yang diceritakan). Setelah itu sang tuan pergi. Diceritakan hamba yang pertama
yang dipercayakan lima talenta berhasil memperoleh laba lima talenta, sementara
hamba yang kedua yang dipercayakan dua talenta berhasil memperoleh laba dua
talenta, namun hamba yang ketiga yang dipercayakan satu talenta menyembunyikan
uangnya sehingga tidak mendapat laba apa-apa. (dalam kitab Lukas disebutkan
hamba I memperoleh laba 10 mina, hamba II memperoleh laba 5 mina, sedangkan
hamba III juga menyimpan uangnya.) Setelah sang tuan kembali dan bertemu dengan
hamba pertamanya, maka sang tuan memberinya tanggung jawab yang lebih besar
(dalam kitab Lukas disebutkan ia diberikan sepuluh kota), lalu hamba keduanya
juga diberikan tanggung jawab yang lebih besar (dalam kitab Lukas disebutkan ia
diberikan lima kota), tetapi hamba yang ketiga dihukum, dan uang yang
dipercayakan kepadanya diberikan kepada hamba yang pertama.
Perumpamaan
itu menyadarkan kita agar selalu mengembangkan segala hal yang sudah kita
punyai dan kita dapatkan demi perkembangan diri kita sendiri dan orang lain di
sekitar kita. Kita hendaknya percaya, bahwa kita telah diberkati dengan karunia
yang berbeda-beda sesuai kemampuan kita masing-masing. Karunia-karunia itu
harus kita gunakan untuk melayani Allah dan sesame kita. Sebab dengan
menggunakan dan mengembangkan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan
tuntutan kristiani. Menolak kehendak Allah atas diri kita dapat menjadi
penghalang bagi kemajuan diri kita sendiri dan menjadi rintangan jalan kita menuju
Allah. Kita hendaknya menerima kehendak Allah yang nyata dalam diri kita. Kita
percaya bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (Lih Rom
8:28).
Menerima
kehendak Tuhan berarti menerima bimbingannya, karena Dia akan mengantar kita
setapak demi setapak melalui keadaan konkrit diri kita dan lingkungan kita
menuju ke keselamatan. itu semua akan terjadi sejauh kita menerima dan
melaksanakan kehendak-Nya. Itu semua akan terjadi sejauh kita mampu
mengembangkannya. Selain bakan dan ketrampilan, kita juga memiliki pengetahuan
dan kerohanian, yang senantiasa harus dikembangkan pula. Seperti yang telah
dikatakan St. Paulus bahwa kita harus terus mengusahakan pembaharuan akal budi
kita, agar akal budi kita lelalu diresapi oleh nilai-nilai kebaikan. “Janganlah
kami menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm 12:2).
2. Bersyukur dan Mempersembahkan Hidup
berdasarkan Karunia Allah.
Menjadi
yang terbaik merupakan keinginan dan harapan banyak orang, tetapi tidak semua
orang akhirnya mampu meraihnya. Kadang kita berfikir, menjadi terbaik itu bukan
milik semua orang. Tetapi, kita harusnya menyadari bahwa kita semua diberkati
dan diberi karunia yang luar biasa dari Allah. Dalam Suratnya kepada jemaat di
Roma Santo Paulus mengajarkan, yang penting bukan menjadi yang terbaik, tetapi
mempersembahkan yang terbaik dari diri kita (Rom 12:1-8). Allah mengaruniakan
talenta, yang berbeda-beda kepada setiap orang, dan kita perlu mengenalinya,
mempergunakan dan memperkembangkannya untuk melakukan yang terbaik dalam
melayani Allah dan sesame, agar mampu menjadi berkat. Malakukan yang terbaik
sesuai dengan talenta atau kemampuan kita merupakan wujud dari rasa syukur atas
karunia yang sudah kita terima dari Allah, secara terus menerus.
Kita
bersyukur dan mempersembahkan karunia yang kita punyai sesuai dengan panggilan
hidup kita. Paus Benediktus XVI, menyadarkan kita, bahwa panggilan hidup adalah
inisiatif Allah, prakarsa Allah, anugerah Allah. Manusia menjawab panggilan
Allah, bekerka sama dengan rahmat dalam sikap I,am, percaya, pasrah diri, dan
dengan penuh harapan mengusahakan pembaruan secara terus-menerus. Semua dari
kita dipanggil untuk menjadi Anak Allah. Menjadi Anak Allah sesungguhnya
merupakan kasih karunia Allah, bukan hanya karena diciptakan oleh Allah,
melaikan karena dicintai dan diberi hidup oleh Allah.
COMMENTS