ARTI ALKITAB PERJANJIAN BARU Kitab Perjanjian Baru (PB), adalah bagian dari Alkitab Kristen yang ditulis setelah kelahiran Yesus Kristus. ...
ARTI ALKITAB PERJANJIAN BARU
Kitab Perjanjian Baru (PB), adalah bagian dari
Alkitab Kristen yang ditulis setelah kelahiran Yesus Kristus. Kata
"Perjanjian Baru" merupakan terjemahan dari bahasa Latin, Novum
Testamentum, yang merupakan terjemahan Yunani: ΗΚαινη Διαθηκη, I Keni Diathiki.
Umat Kristen awal berpendapat bahwa kitab ini merupakan penggenapan isi nubuat
yang ada di Alkitab yang sudah ada dan kemudian diberi nama Perjanjian Lama.
Perjanjian Baru kadang-kadang disebut sebagai Kitab Yunani Kristen karena
ditulis dalam bahasa Yunani oleh para pengikut Yesus yang belakangan dikenal
sebagai Kristen.
1. Mengenal Kitab
Perjanjian Baru
Perjanjian Baru
terdiri dari dua puluh tujuh kitab yang semuanya ditulis dalam bahasa Yunani
antara tahun 50 M hingga 140 M. Perjanjian Baru meliputi Injil, Kisah Para
Rasul, Epistula atau Surat-surat dan Kitab Wahyu. Tema inti Perjanjian Baru
adalah Yesus Kristus; pribadi-Nya, pesan-Nya, sengsara-Nya, wafat serta
kebangkitan-Nya, identitas-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan dan hubungan-Nya
dengan kita sebagai Tuhan dan saudara.
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani karena pada waktu itu bahasa Yunani merupakan bahasa percakapan yang paling umum dipergunakan di wilayah Laut Tengah. Dan Perjanjian Baru di tulis oleh orang yang dekat dan mengenal siapa Yesus, dari perjuangan, hidup dan penderitaan-Nya.
Kita dapat membaca Injil Markus 1:9-11, ketika Yesus dibaptis di sungan Yordan, oleh Yohanes Pembaptis. “Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Kisah dalam kutipan Injil Markus di atas bukan merupakan sebuah laporang, tetapi merupakan suatu kisah yang mempunyai arti yang sangat mendalam bagi penulisnya. Kisah ini mau mengungkapkan iman umat perdana dan iman pengaran Injil (Markus). Iman umat perdana inilah yang kemudian ditulis oleh para pangarang Injil, dan yang oleh Gereja diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru.
Kitab Suci Perjanjian Baru sebenarnya menunjuk kepada seluruh isi yang bersifat menyeluruh pada sebuah Kitab. Perjanjian itu disebut “Baru”, karena memang berisi perjanjian yang memperbaharui (Luk 22:20) “Demikian juga cawan minuman itu, sesudahnya makan, kata-Nya, "Cawan minuman ini adalah perjanjian baharu di dalam darah-Ku, yang ditumpahkan karena kamu.” Yang oleh Allah dikaitkan dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan terputus. Perjanjian Baru melanjutkan dan sekaligus menyempurnakan perjanjian lama yang diikat oleh Allah dengan umat Israel.
2.
Bagian-bagian
Kitab Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru ada 27 tulisan atau Kitab. Semua tulisan itu masing-masing dengan caranya sendiri, berbicara tentang Yesus Kristus, karya-Nya, sabda-Nya, tuntutannya dan hidup-Nya. Meskipun Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga tercantum beberapa hal mengenai mereka (jemaat perdana) yang percaya kepada Yesus Kristus. Secara umum, Kitab Suci Perjanjian Baru berntuknya bersifat kisah (perjalanan dan mukjijat), perumpamaan, ajaran, surat dan nubuat (Wahyu Yohanes).
Secara tematik kitab ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Injil,
Kisah Para rasul, Epistula (surat-surat Paulus, surat-surat Apostolik) dan
Kitab Wahyu.
a. Injil
Injil merupakan turunan kata Arab yang artinya Kabar
Gembira. Dalam bahasa Yunani 'euaggelion'; dalam bahasa Latin 'evangelium'. Ada
empat Injil. Masing-masing Injil menceritakan kisah hidup, ajaran-ajaran,
sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus:
• Matius - Menceritakan kisah Yesus dari segi sebagai Mesias, Raja orang
Israel. Injil ini
penuh dengan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian
Lama.
• Markus - Menceritakan kisah Yesus dari segi
sebagai Hamba.
• Lukas - Mempresentasikan Yesus sebagai Anak
Manusia yang datang untuk mencari
dan menyelamatkan mereka yang terhilang.
• Yohanes - Mempresentasikan Yesus sebagai Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, Kristus, yang berarti, Yang Diurapi.
Ketiga Injil pertama: Matius, Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik. Sinoptik berasal dari kata Yunani yang artinya 'satu pandangan', sebab ketiga Injil tersebut mirip dalam struktur maupun isinya. Injil Yohanes, meskipun tidak bertentangan dengan Injil Sinoptik, berbeda dalam struktur dan mencakup beberapa kisah dan perkataan-perkataan Yesus yang tidak ditemukan dalam Injil Sinoptik.
b.
Kisah Para Rasul
Kisah Para Rasul - Catatan sejarah dari kenaikan
Yesus hingga perjalanan-perjalanan misi Paulus, sejarah gereja mula-mula. Kisah
Para Rasul ditulis oleh St. Lukas sekitar tahun 70 M hingga 75 M. Kitab ini
berisi catatan tentang iman, pertumbuhannya dan cara hidup Gereja Perdana.
Kisah Kenaikan Yesus ke surga, turunnya Roh Kudus atas Gereja pada hari
Pentakosta, kemartiran St. Stefanus dan bertobatnya St. Paulus, semuanya dapat
ditemukan dalam kitab ini.
c.
Epistula
Epistula atau Surat-surat merupakan bagian terbesar
dari Perjanjian Baru. Epistula dibagi dalam dua kelompok: Surat-surat Paulus
dan Surat-surat Apostolik lainnya. Semua surat mengikuti format penulisan surat
pada masa itu. Setiap surat biasanya diawali dengan salam dan identitas
pengirim serta penerima surat. Selanjutnya adalah doa, biasanya dalam bentuk
ucapan syukur. Isi surat adalah penjelasan terperinci tentang ajaran-ajaran
Kristiani, biasanya menanggapi keadaan penerima surat. Bagian berikutnya dapat
berupa pembicaraan tentang rencana perjalanan misi penulis surat dan diakhiri
dengan nasehat-nasehat praktis dan salam perpisahan.
Surat-surat Paulus ditulis oleh St. Paulus atau
salah seorang muridnya; tak lama sesudah wafat dan kebangkitan Yesus, yaitu
antara tahun 54 M hingga 80 M. Surat-surat tersebut menggambarkan perkembangan
awal ajaran dan praktek Kristiani.
• Roma - Penelaahan yang sistematis atas pembenaran, pengudusan, dan pemuliaan.
Menelaah rencana Allah atas orang Yahudi maupun
non-Yahudi.
• 1 Korintus - Surat ini menyoroti perpecahan dalam
jemaat dan teguran atas pelanggaran susila, masalah mencari keadilan kepada
orang-orang yang tidak beriman, dan kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam
Perjamuan Kudus. Juga menyinggung tentang penyembahan berhala, pernikahan, dan
kebangkitan.
• 2 Korintus - Pembelaan Paulus atas kerasulannya.
• Galatia - Paulus membuktikan kesalahan dari
legalisme (menganggap Hukum Taurat sebagai mutlak dalam memperoleh keselamatan)
dan menelaah mengenai tempat yang layak bagi anugrah di dalam kehidupan
orang-orang Kristen.
• Efesus - Posisi orang percaya di dalam Kristus dan
informasi mengenai peperangan rohani.
• Filipi - Paulus membicarakan tentang
pemenjaraannya, kasihnya kepada jemaat di Filipi. Ia mendesak mereka ke arah
kesalehan dan memperingatkan mereka akan bahaya legalisme.
• Kolose - Paulus memfokuskan pada keutamaan Yesus
dalam penciptaan, penebusan, dan kekudusanNya.
• 1 Tesalonika - Pelayanan Paulus kepada jemaat
Tesalonika. Pengajaran mengenai kesucian dan menyinggung tentang kembalinya Kristus
untuk yang kedua kalinya.
• 2 Tesalonika - Koreksi-koreksi atas pendapat yang
salah mengenai Hari Tuhan.
• 1 Timotius - Instruksi-instruksi kepada Timotius
mengenai kepemimpinan yang benar dan cara-cara menghadapi ajaran sesat, peranan
wanita dalam gereja, doa, dan syarat-syarat bagi penilik jemaat dan diaken.
• 2 Timotius - Sepucuk surat untuk menguatkan
Timotius.
• Titus - Paulus meninggalkan Titus di Kreta guna
menggembalakan gereja-gereja di sana. Syarat-syarat menjadi penatua gereja dan
penilik jemaat.
• Filemon - Sepucuk surat kepada seorang tuan
mengenai budaknya yang melarikan diri. Permohonan Paulus kepada Filemon supaya
mengampuni Onesimus, budaknya.
Surat-surat Apostolik dimaksudkan untuk ditujukan, bukan kepada suatu komunitas
atau individu tertentu, tetapi kepada pembaca yang lebih universal. Surat-surat
Apostolok ditulis oleh beberapa penulis antara tahun 65 M hingga 95 M.
• Ibrani - Sepucuk surat kepada jemaat Kristen
Yahudi yang sedang di ambang kembali memeluk Yudaisme. Surat ini menunjukkan
keunggulan Kristus dibandingkan dengan sistem Perjanjian Lama. Menyinggung juga
tentang keimaman Melkisedek. Penulis tidak diketahui. Beberapa pakar menilai
dari gaya tulisannya bahwa penulisnya adalah Paulus, namun karena kurangnya bukti
selain gaya penulisan, maka pakar lain memilih untuk tidak berpendapat.
• Yakobus - Ajaran tentang hubungan antara iman dan
perbuatan.
• 1 Petrus - Surat ini untuk menguatkan penerima
suratnya dalam penderitaan mereka dan agar mereka tetap rendah hati.
• 2 Petrus - Membicarakan mengenai batin tiap
pribadi, peringatan mengenai ajaran palsu, dan menyinggung mengenai Hari Tuhan.
• 1 Yohanes - Surat yang memperingatkan jemaat
terhadap ajaran-ajaran sesat pada permulaan sejarah Gereja.
• 2 Yohanes - Puji-pujian untuk mereka yang berjalan
di dalam Kristus dan sebuah peringatan untuk tetap berjalan di dalam kasih
Allah.
• 3 Yohanes - Yohanes berterimakasih kepada Gayus
atas kebaikannya terhadap jemaat Allah dan menegur Diotrefes.
• Yudas - Mengekspos guru-guru palsu dan menggunakan ibarat-ibarat dalam Perjanjian Lama dalam melukiskan penghakiman atas mereka. Nasihat-nasihat untuk meneguhkan iman.
Wahyu
Kitab terakhir dalam Perjanjian Baru, yaitu Kitab
Wahyu, ditulis sekitar sesudah tahun 90 M. Dengan banyak bahasa simbolik, Kitab
Wahyu menyajikan kisah pertarungan antara Gereja dengan kekuatan-kekuatan jahat
yang berakhir dengan kemenangan Yesus. Meskipun Kitab Wahyu menuliskan
peringatan-peringatan yang mengerikan akan apa yang terjadi di masa mendatang,
Kitab Wahyu pada pokoknya merupakan pesan pengharapan bagi Gereja. Kitab Wahyu
merupakan Kitab eskatologi yang dikirimkan kepada jemaat-jemaat yang mengalami
penganiayaan oleh pemerintah Roma dan anjuran agar mereka tetap setia di dalam
iman mereka
3.
Proses Penyusunan
Kitab Suci Perjanjian Baru
Seperti Kitab-kitab Perjanjian Lama, Kitab-kitab Perjanjian Baru juga tidak ditulis oleh satu orang, tetapi adalah hasil karya setidaknya delapan orang. Kitab Perjanjian Baru terdiri dari 4 kitab Injil, 14 surat Rasul Paulus, 2 surat Rasul Petrus, 1 surat Rasul Yakobus, 1 surat Rasul Yudas, 3 surat Rasul Yohanes dan Wahyu Rasul Yohanes dan Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, yang juga menulis Kitab Injil yang ketiga. Sejak kitab Injil yang pertama yaitu Injil Matius sampai kitab Wahyu Yohanes, ada kira-kira memakan waktu 50 tahun. Tuhan Yesus sendiri, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah menuliskan satu barispun dari kitab Perjanjian Baru. Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul untuk menuliskan apapun yang diajarkan oleh-Nya. Melainkan Dia berkata: "Maka pergilah dan ajarlah segala bangsa" (Matius 28:19-20), "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku" (Lukas 10:16).
Apa yang Yesus perintahkan kepada mereka persis sama seperti apa yang Yesus sendiri lakukan: menyampaikan Firman Allah kepada orang-orang melalui kata-kata, meyakinkan, mengajar, dan menpertobatkan mereka dengan bertemu muka. Jadi bukan melalui sebuah buku yang mungkin bisa rusak dan hilang, dan disalah tafsirkan dan diubah-ubah isinya, melainkan melalui cara yang lebih aman dan alami dalam menyampaikan firman yaitu dari mulut ke mulut. Demikianlah para Rasul mengajar generasi seterusnya untuk melakukan hal yang serupa setelah mereka meninggal. Oleh karena itu melalui Tradisi seperti inilah Firman Allah disampaikan kepada generasi-generasi umat Kristen sebagaimana pertama kali diterima oleh para Rasul.
Ketika Yesus masih hidup, tidak seorangpun di antara murid-murid-Nya yang
mencatat apa yang Yesus lakukan dan perbuat. Bahkah sesudah kebangkitan, pada
murid yang memperoleh semangat dan keyakinan akan Yesus Kristus baru mulai
bercerita dan mewartakan Yesus Kristus sebagai kegenapan Injil Allah, sebagai
Tuhan dan Juru Selamat. Semua itu dilakukan secara lisan. Pertama-tama
dilakukan mereka mewartakan wafat dan kebangkitan Kristus, kemudian juga
mewartakan ajaran, karya dan mukjijat Yesus, secara lisan. Baru sesudah para
saksi mata mulai meninggal dan umat yang percaya kepada Yesus semakin banyak,
muncullah kebutuhan akan tulisan baik mengenai hidup Yesus dan karya-Nya,
sabda-Nya maupun akhir hidup-Nya. Maka mulailah ditulis cerita-cerita tentang
kehidupan Yesus, dan untuk berkomunikasi dengan jemaat yang jauh, mereka mulai
menggunakan surat yang berisi wejangan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam suatu jemaat dan meneguhkan imat jemaat itu karena pada rasul tidak dapat
datang. Jadi anda bisa melihat kesimpulan penting disini: Gereja dan iman
Katolik sudah ada sebelum Alkitab dijadikan. Beribu-ribu orang bertobat menjadi
Kristen melalui khotbah para Rasul dan missionaris di berbagai wilayah, dan
mereka percaya kepada kebenaran Ilahi seperti kita percaya sekarang, dan bahkan
menjadi orang-orang kudus tanpa pernah melihat ataupun membaca satu kalimat pun
dari kitab Perjanjian Baru. Ini karena alasan yang sederhana yaitu bahwa pada
waktu itu Alkitab seperti yang kita kenal, belum ada. Jadi, bagaimanakah mereka
menjadi Kristen tanpa pernah melihat Alkitab? Yaitu dengan cara yang sama orang
non-Kristen menjadi Kristen pada masa kini, yaitu dengan mendengar Firman Allah
dari mulut para misionaris.
Melalui
bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus berdasarkan
cerita-cerita dari para saksi mata, para pengikut-Nya yang sudah berkembang
luas di tengah umat dan sudah diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta dan iman
akan Yesus Kristus (Luk 1:1-4). Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru bukanlah
buku laporan atau sejarah, tetapi sebagai buku iman dan cinta umat perdana akan
Yesus Kristus. Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru dipengaruhi oleh
kemampuan, iman dan maksud serta tujuan penulis dan situasi jemaat pada saat
itu, sehingga tidak perlu heran jika dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru
terdapat perbedaan.
Untuk mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus Kristus, kita
akan mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
ü Antara tahun 7/6 sebelum Masehi (SM) – 30 sesudah
Masehi (M)
Kelahiran Yesus pada waktu kekaisaran Roma dipimpin oleh Agustus dan di
Palestina oleh Herodes Agung, sekitar tahun 7/6 SM. Tahun 27/28 M Yesus
dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Yang kemudian menjadi awal
tampilnya Yesus di depan umum, hidup dan karya-Nya sampai dengan kematian-Nya
di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari alam maut. Yang pada akhirnya menjadi
keyakinan baru dan sumber kekuatan bagi para murid. Kekuatan itu dating dari
Allah dan dialami sebagai kuasa Roh. Roh itu yang mendorong para murid untuk
memberikan kesaksian iman tentang Yesus Kristus yang menderita sengsara, wafat
dan bangkit dari alam maut.
ü Antara tahun 40 – 120 Masehi: penyusunan dan
Penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Karangan tertua dari Kitab Suci Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika (ditulis
sekitar tahun 40) sedangkan yang paling akhir adalah 2 Petrus (tahun 120).
Pada mulanya para murid mewartakan tentang Yesus secara lisan. Inti pewartaan
pada mulanya adalan wafat dan kebangkitan Yesus, kemudian pewartaan berkembang
dengan pewartaan hidup Yesus, karya dan sabda-Nya, perjalanan hidup-Nya yang
diwartakan dalam terang kebangkitan, karena kebangkitan Kristus merupakan dasar
dari iman kepada Yesus Kristus.
Jemaat yang berkembang menjadi komunitas-komunitas perlu dibina dan terus
dikembangkan. Sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah
ditulis pokok-pokok iman yang penting, seperti kisah kebangkitan, sengsara,
sabda dan karya Yesus dengan maksud untuk membina perkembangan iman komunitas
atau jemaat. Hal ini terus berkembang dengan munculnya banyak tulisan dan
karangan yang berupa fragmen-fragmen, yang menceritakan kehidupan Yesus. Yang
pada akhirnya disusunlah Injil-injil dan kisah para rasul. Tulisan-tulisan itu
disusun berdasarkan atas tradisi baik lisan maupun tulisan yang disesuaikan
dengan maksud dan tujuan penulis serta setuasi jemaat pada waktu itu.
ü Antara tahun 120 – 400 Masehi: pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci Perjanjian Baru) Pada awal abad kedua sampai akhir abad kedua muncul begitu banyak tulisan-tulisan tentang Yesus, yang bisa membingungkan umat beriman, mana yang menyalurkan trasidi sejati mana yang palsu, sehingga umat mulai mencari kepastian mana Kitab-kitab yang membina iman sejati. Setelah melalui proses penyusunan daftar Kitab-kitab yang bisa diterima sebagai Kitab Suci dan ditolak, sampai pada akhirnya sekitar tahun 300 M secara umum sudah diterima sebagai Kitab Suci, 4 Injil, 13 Surat-surat Paulus, Kisah Para Rasul, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu. Baru pada tahun 400 perbedaan pendapat dalah hal jumlah Kitab Suci hampir hilang seluruhnya, sampai tersusun daftar Kitab Suci Perjanjian Baru dengan jumlah 27 Kitab seperti yang kita kenal sekarang.
4. Gereja Katolik
menetapkan Kitab Perjanjian Baru.
Kedua puluh
tujuh kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru baik oleh umat Kristen
Katolik maupun Kristen lain. Pertanyaannya adalah: Siapa yang memutuskan
kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab-kitab yang berasal dari inspirasi
Allah? Kita tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi darimana kita tahu
bahwa kita bisa percaya kepada setiap kita-kitab tersebut?
Pada tahun 382
Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis
daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73
kitab.
Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru.
Konsili Kartago
di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama untuk Alkitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Catatan: Ini adalah konsili yang dianggap
oleh banyak pihak non-Katolik sebagai yang menentukan bagi kanonisasi
kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.
Paus Santo Innocentius I (401-417) pada tahun 405 Masehi menyetujui kanonisasi
ke 73 kitab-kitab dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab.
Jadi kanonisasi Alkitab telah ditetapkan di abad ke empat oleh konsili-konsili Gereja Katolik dan para Paus pada masa itu. Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan wibawa dan kuasanya untuk menentukan kitab-kitab yang mana yang termasuk dalam Alkitab dan memastikan bahwa segala yang tertulis dalam Alkitab adalah hasil inspirasi Allah.
5. Membaca dan
Mendalami Sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci
Kita semua
menyadari, bahwa Alkitab merupakan tulisan suci, indah dan menyentuh sanubari.
Lewat Kitab Suci kita mengenal suara Tuhan. Menurut Konstitusi Dogmatik tentang
Wahyu Ilahi, Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru ditulis di bawah
bimbingan Roh Kudus, Allah adalah pengarang yang benar dan “harus diakui bahwa
Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran,
yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam Kitab Suci demi
keselamatan kita” (DV art. 11). Untuk itu Kitab Suci menjadi norma bagi iman
dan ajaran Kristiani, serta sebagai sabda Allah yang merupakan sumber yang kaya
bagi doa pribadi.
Ada beberapa
alasan mengapa kita perlu membaca dan mendalami sabda Tuhan yang terdapat dalam
Kitab Suci.
Pertama, Iman kita akan tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. “Segala Tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidi orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16-17).
Kedua, Kita tidak akan mengenal Kristus kalau kita tidak membaca Kitab Suci.
Ketiga, Kitab Suci adalah buku
Gereja, buku Iman Gereja, Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia,
Gereja menerimanya sebagai yang suci dan ilahi karena di dalamnya mengandung
sabda Allah. Dari sabda itu, Kitab Suci bersama Tradisi menjadi tolak ukur
tertinggi bagaimana kita mengenal Iman Gereja. Kita tahu, bahwa dapat
dikatakan, Kitab Suci adalah sabda Allah yang belum “tampak”. Sabda Allah yang
belum “tampak” ini dapat menjadi firman yang hidup dan terbuka, apa bila dibaca
dan dibacakan serta didengar dengan iman yang dari dalam diri kita. Maka
apabila Kitab Suci dibaca dengan iman kepercayaan, Allah hadir dan bersabda. Dalam
arti demikian maka jika orang membaca Kitab Suci dengan penuh iman maka orang
itu menghadirkan Allah dan Yesus Kristus dalam hidupnya. Sabda Allah itulah
yang paling berwibawa dan secara actual menjadi ukuran serta penghayatan iman
bagi seluruh umat, sabda Allah dalam Kitab Suci akan dihidupkan kembali oleh
iman yang sejati, menjadi firman yang hidup dan berdaya guna, karena dapat
mengubah hidup manusia. Sabda Allah itu akan berbicara tentang kasih dan karya
Allah yang sudah terangkum di dalamnya, untuk orang yang dengan imannya
berusaha mengenal dan mendengarkannya, orang yang menyerap sabda Allah itu
sekaligus menyerap kasih Allah. Untuk itu dibutuhkan iman dan keterbukaan
terhadap sabda Allah.
COMMENTS