MAKNA SENGSARA DAN WAFAT YESUS 1. Wafat Yesus adalah Konsekuensi dari Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah Wafat Yesus tidak dapat...
MAKNA SENGSARA DAN WAFAT YESUS
1.
Wafat Yesus
adalah Konsekuensi dari Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah
Wafat Yesus tidak dapat dilepaskan dari seluruh
perjalanan karya dan hidupNya. Yesus sudah mengetahui risiko penderitaan dan kesengsaraan
yang.akan ditanggung-Nya. Bahkan, Yesus sudah member-itahukan kepada
para murid-Nya bagaimana Ia menderita, wafat, dan disalibkan. Tugas perutusan
Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah yang dilaksanakan melalui sabda dan
tindakan-tindakan-Nya akan membawa diri-Nya pada penderitaan.
Pewartaan Yesus dalam sabda dan tindakan-Nya
sangatlah radikal. Para penguasa, tua-tua bangsa Yahudi, imam-imam kepala, dan
ahli-ahli Taurat sangat tersinggung dengan segala sepak terjang Yesus. Yesus
menyadari bahwa kesaksian yang paling kuat dan paling final tentang
kesungguhan-Nya mewartakan Kerajaan Allah ialah kesiapan-Nya untuk mati demi
pewartaan-Nya itu. Andaikata Yesus lari dari risiko atas pewartaan-Nya, tentu
seluruh pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah tidak akan dipercayai lagi. Maka,
Yesus harus menghadapi risiko pewartaanNya dengari tegar hati. Yesus yakin
bahwa dengan sikap-Nya yang konsekuen dan berani menghadapi maut akan
memberanikan semua murid dan pengikut-pengikut-Nya untuk di kemudian hari mewartakan
dan member-ikan kesaksian tentang Kerajaan Allah, walaupun harus
mempertaruhkan nyawa-Nya
2. Wafat Yesus sebagai Tanda Ketaatan dan
Kesetiaan-Nya pada Bapa
Yesus menerima semua yang terjadi atas diri-Nya
dengan rela, karena itulah yang dikehendaki oleh Allah dalam rencana
penyelamatan-Nya. Yesus memandang kematian-Nya bukan sebagai nasib, melainkan
sebagai kurban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara Allah dan umat manusia
seluruhnya. Para murid Yesus diberi teladan untuk mempertaruhkan nyawa sebagai
wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah.
Tugas untuk mewartakan Keraj aan Allah menuntut
kesetiaan dengan taruhan nyawa. Oleh karena itu, peristiwa salib yang membawa
kematian Yesus bukanlah kegagalan. Peristiwa salib justru merupakan tahap yang
menentukan dalam karya penyelamatan Allah. Wafat Yesus menjadi peristiwa
penyelamatan yang membaharui hidup manusia, karena setelah wafat-Nya, Allah
tidak meninggalkan Dia. Yesus dibangkitkan dari kematian. Wafat Yesus
rnemperlihatkan cinta kasih Allah kepada manusia.
Yesus menyadari bahwa kematian adalah bagian dari
rencana Bapa-Nya. Sabda yang dinyatakan-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan
kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4: 34).
Yesus setia kepada kehendak Bapa-Nya, Ia taat sampai mati. Yesus mengganti
ketaatan-Nya untuk ketidaktaatan kita. “Jadi, sama seperti ketidaktaatan satu
orang, semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan
satu orang, semua orang menjadi orang yang benar” (Rm 5: 19).
Dengan ketaatan-Nya sampai matt, Yesus menyelesaikan
tugas-Nya sebagai hamba yang menderita; seperti yang dikatakan dalam Yes 53:
10-12.
3. Wafat Yesus adalah Tanda Solidaritas-Nya
dengan Manusia
Wafat Yesus “untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan” (1 Kor 1: 23).
Tetapi menurut Paulus, bagi arang-arang yang percaya akan Allah, peristi-wa
Yesus disalibkan mempunyai arti baru. Untuk mereka yang dipanggil, baik orang
Yahudi maupun orang yang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmah
Allah. Sebab, yang bodoh dari Allah lebih besar hikmahnya daripada manusia (1
Kor 1: 24-25). Dalam diri Yesus yang wafat disalibkan itu Allah berkarya.
Dalam peristiwa salib, kita dapat mengenal
penyertaan Allah dalam hidup manusia. Allah yang berbelas kasih tidak pernah
meninggalkan manusia. Sekalipun manusia mengalami kesengsaraan dan penderitaan,
Allah tetap menjadi Allah beserta kita (Emmanuel). Kesengsaraan dan
wafat Yesus menjadi tanda agung kehadiran Kerajaan Allah karena memberi
kesaksian tentang Allah yang sebenarnya, yakni Allah yang Mahakasih.
Allah dalam diri Yesus telah solider dengan manusia.
Ia telah senasib dengan manusia sampai kepada kematian, bahkan kematian yang
paling hina. Tidak ada wujud solidaritas yang lebih final dan lebih hebat
daripada kematian Yesus. Yesus rela mati disalib di antara dua penjahat. Ia
telah menjadi manusia, sama dengan kaum tersisih dan terbuang.
4. Wafat Yesus Menunjukan Tanda Kasih Allah
5. Wafat Yesus Menyelamatkan Manusia
Wafat Yesus yang mengerikan bukanlah kebetulan,
tetapi merupakan bagian dari misted penyelamatan Allah. Kitab Suci sudah
menubuatkan rencana penyelamatan Ilahi melalui kematian. “Hamba-Ku yang Benar”
sebagai misteri penebusan yang universal. Santo Paulus dalam pengakuan iman
menyatakan: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci”
(1Kor 15: 3).
Yesus mati untuk kepentingan kita. Hal ini
ditegaskan melalui surat pertama Santo Petrus yang menyatakan: Sebab kamu tahu,
bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengari barang yang fana, bukan pula dengan perak dan
emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti
darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1Ptr 1: 18-19). Santo
Paulus berkata: “Dialah yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5: 21).
Penyerahan diri Yesus kepadaAllah telah mempersatukan kita kembali dengan Allah. Rekonsiliasi antara kita dan Allah telah terj adi berkat kematian Yesus disalib.
PENAMPAKAN-PENAMPAKAN
YESUS
Dalam cerita makam kosong, Yesus sendiri tidak
ditampakkan. Lain halnya dengan penampakan Yesus yang telah bangkit. Cerita
penampakan itu menyatakan kegembiraan Paskah. Yesus memperlihatkan diriNya
selama 40 hari 40 malam (Kis 1:3) kepada murid-muridNya. Mulai dari Maria
Magdalena (Yoh 20:15-16), kepada para wanita (Mat 28:9), kepada dua orang murid
yang dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:15), di Yerusalem, Ia berdiri ditengah
murid-muridnya (Yoh 20:19,22), makan bersama (Luk 24:36, 41-43), dan ketika di
Galilea, Ia menampakkan diri di atas bukit dan mengutus para murid (Mat
28:16-29), dan masih banyak kisah yang lain.
Tanda lain akan kebangkitan Yesus adalah penampakan.
Orang-orang pertama yang bertemu dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria
dari Magdala dan wanita-wanita saleh yang datang ke makam untuk meminyaki
jenazah Yesus (lih. Mrk 16: 1) yang dengan tergesa-gesa dimakamkan pada hari
Jumat, karena hari Sabat sudah tiba. Dengan demikian, para wanita itu merupakan
orang-orang pertama yang membawa berita tentang kebangkitan Yesus. Sesudah itu,
Yesus menampakkan diri kepada para rasul, lebih dahulu kepada Petrus, kemudian
kepada kedua belas murid-Nya.
Tiga Unsur pokok dalam penampakan Yesus
Ada tiga unsur pokok yang nyata di dalam penampakan-penampakan Yesus sebagaimana disampaikan kepada kita melalui Injil, yakni sebagai berikut:
a. Unsur Prakarsa
Inisiatif datang dari Yesus. Yesus sendiri yang
memprakarsai penampakan. Yesus “menampakkan diri” atau “memperlihatkan diri”.
Istilah ini menunjukkan dua hal:
Pertama, sesuatu yang biasanya tidak kelihatan, kini
kelihatan. Setelah bangkit, Yesus tidak termasuk lagi pada dunia yang
kelihatan. Agar dapat dilihat oleh murid-murid-Nya, Yesus harus menjadikan
diri-Nya kelihatan.
Kedua, penglihatan para murid yang “melihat Tuhan”
setelah kebangkitanNya bukanlah penglihatan biasa.
b. Unsur Pengakuan
Yesus dikenal dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan.
Dia yang menampakkan diri-Nya tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus dari
Nazareth yang wafat di kayu salib. Dia kini hidup dalam kemuliaan. Pengakuan
ini diungkapkan, “Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga” (Luk
24: 46).
c. Unsur Kesaksian
Para rasul menerima tugas dari Tuhan untuk
memaklumkan ke-TuhananNya. Salah satu hal yang mencolok dalam cerita tentang
penampakan ialah para murid mula-muia tidak mengenal Yesus. Mereka rnembutuhkan
waktu untuk mengenal Yesus kembali. Unsur yang cukup mencolok ini mernpunyai
dua arti, yakni:
Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai
Yesus yang bangkit tidaklah diciptakan oleh daya khayal para murid sendiri,
tetapi mendatangi mereka dari luar.
Kedua, menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh kebangkitan-Nya. Ia tidak lagi persis sama seperti sebelum wafat dan bangkit.
Makna Penampakan Yesus
Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri,
maka hal ini tidak berarti bahwa la selama beberapa pekan masih meneruskan
hidup-Nya yang lama. Sebab, “hidup yang lama” sudah berakhir dan diubah menjadi
“hidup yang serba baru”. Arti penampakan selama 40 hari itu ialah:
Pertama, Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh
Gereja-Nya dengan suatu cara kehadiran yang baru. Untuk tujuan itu, penampakan
selama 40 hari merupakan masa peralihan.
Kedua, dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus
menunjukkan bahwa Ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus
yang telah bangkit itu merupakan “alam ciptaan baru” di tengah-tengah kita.
Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran-Nya yang permanen. Beberapa contoh
bentuk-bentuk kehadiran Yesus yang permanen disajikan oleh cerita Paskah. Sejak
bangkit dari alam maut, Yesus hadir di tengah-tengah kita.
Melalui sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk24:13-35). Waktu mereka berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh oleh rupa Yesus. Tetapi, hati mereka berkobar-kobar ketika Ia mulai berbicara dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih.Luk24:32). Dalam sabda, mereka berjumpa dengan Yesus.
KEBANGKITAN DAN KENAIKAN YESUS KE
SURGA
Kebangkitan
Yesus pada pokoknya berarti bahwa Yesus yang di dunia ini benar-benar mati, dan
dari keadaan mati itu beralih masuk ke dalam keadaan lain sama sekali. Ia kini
hidup dengan cara yang lain sekaligus tetap berpengaruh dan aktif menyelamatkan
manusia. Maka untuk masuk ke dalam kebangkitan abadi ini, Yesus harus melewati
kematianNya. Hal ini ditandainya dengan makam yang kosong. Berbicara tentang
makam kosong, tidak membuktikan kebangkitan Yesus. Menurut Markus 16:8, makam
yang kosong tidak menimbulkan kepercayaan wanita-wanita yang menemukannya.
Sebaliknya
mereka ketakutan dan melarikan diri. Makam kosong mempunyai arti Ambivalen.
Makam kosong sama sekali tidak berkata apa-apa tentang bagaimana dan karena apa
menjadi kosong. Jadi kita harus berkesimpulan bahwa makam kosong bukanlah
menjadi bukti pokok kebangkitan Yesus, melainkan sebuah perandaian. Makam
kosong berarti jangan mencari Dia (Kristus yang hidup, diantara orang mati (lih
Luk 24 : 5). Makam itu terbuka artinya duka cita dan kegelapan maut sudah
diganti oleh suka cita dan terang kebangkitan. Bagi orang yang percaya makam
kosong merupakan tanda yang membutuhkan keterangan lebih lanjut supaya
bermakna.apa yang diwartakan oleh makam kosong adalah kebangkitan Kristus
sebagai misteri penyelamatan, juga berarti bahwa jenazah Yesus tidak diambil
atau di curi oleh manusia dan bahwa Yesus tidak kembali lagi kepada suatu
kehidupan duniawi seperti Lazarus, tetapi kehidupan yang mulia.
Bukti Kebangkitan Yesus
Kisah
sengsara dan wafat Yesus hanya memiliki arti bagi keselamatan kita. Karena
dilihat dalam terang kebangkitan. Kebangkitan Kristus merupakan inti iman kita.
St. Paulus menegaskan, “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu “(1Kor 15:14:15). Dalam
Kitab Suci, khususnya Injil, kebangkitan Yesus diwartakan melalui dua cara,
yang pertama melalui kisah “kubur kosong” dan kedua melalui
“penampakan-penampakan”.
I. Kubur Kosong
Kalau anda ke Israel dan melihat tempat dimana dahulu Yesus dikuburkan ada tertulis; “Jangan cari orang hidup di tengah-tengah orang mati, Ia sudah bangkit lihatlah kuburNya kosong”. Ketika kita masuk ke kuburan itu, memang kosong. Saya bersyukur Tuhan Yesus tidak ada kuburanNya. Kalau kita melihat, ada tokoh-tokoh agama tertentu yang mati dan tidak bangkit kembali, kemudian beberapa waktu kemudian ditemukan giginya. Di tempat penemuan itu kemudian dibuat kuil sebagai bukti bahwa sang tokoh pernah hidup. Saya bersyukur Tuhan Yesus sudah bangkit. Jadi tidak perlu ada kuburan untuk mengenangNya.
Pertama, memang benar tidak ada saksi mata yang melihat
proses kebangkitan Yesus. Kisah kubur kosong juga bukanlah bukti akan
kebangkitan Yesus, tetapi merupakan tanda dari kebangkitan. Bila Yesus orang
Nazaret yang disalibkan itu telah bangkit (bdk Mrk 16:6b), maka pastilah
kubur-Nya akan kosong. Jadi, kubur kosong itu sendiri tidak membawa pada iman akan
kebangkitan Yesus. Injil Lukas dan Yohanes mengindikasikan bahwa Rasul Petrus
yang menyaksikan kubur kosong, tidak dibawa pada iman akan kebangkitan Yesus
(Luk 24:12; bdk. Yoh 20: 6-7). Kubur kosong bukan bukti bahwa Yesus telah
bangkit, tetapi hanyalah tanda dari kebangkitan. Iman Rasul Petrus akan
kebangkitan ditumbuhkan karena penampakan dan pertemuan dengan Yesus yang bangkit
(Luk 24:34; 1 Kor 15:5).
Kedua, ada empat kisah kubur kosong, yaitu Mat 28:1-10;
Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12 dan Yoh 20:1-10. Keempat kisah kubur kosong itu sepakat
bahwa wanita-wanita tertentu dalam rombongan Yesus menemukan kubur Yesus kosong
pada hari ketiga setelah penyaliban. Meskipun ada perbedaan tentang rincian
dalam setiap kisah, tetapi ketiga Injil sinoptik sepakat menampilkan malaikat
sebagai pewarta kebangkitan (Mat 28:5-6; Mrk 16:6; Luk 24:5-7). Inilah kerygma
kebangkitan Yesus yang disampaikan oleh pribadi ilahi, yaitu perwakilan Allah.
Malaikat itulah yang menugaskan para wanita untuk menyampaikan pesannya kepada
para murid (Mat 28:7; Mrk 16:7). Kesaksian malaikat ini tentu merupakan
tandingan dari kesaksian bohong para penjaga kubur Yesus bahwa murid-murid
Yesus datang mencuri jenasah-Nya (Mat 28: 13). Kehadiran malaikat itu merupakan
jaminan kebenaran pewartaan tentang kebangkitan Yesus.
Ketiga, dalam kisah kubur kosong dalam Injil Yohanes,
tidak dikatakan adanya malaikat Tuhan sebagai jaminan kebenaran pewartaan
kebangkitan. Sebagai gantinya, Injil Yohanes menampilkan ”murid yang dikasihi”
(Yoh 20:2). Kesaksian ”murid yang dikasihi” dikontraskan dengan apa yang
dialami oleh Rasul Petrus, yaitu yang melihat kain kafan, kain peluh, tetapi
tidak sampai percaya (Yoh 20:6b-7). Penginjil Yohanes menjelaskan bahwa sikap
Petrus ini terjadi karena ”belum mengerti isi Kitab Suci” (ay 9). Hal ini
hendak mengatakan bahwa kubur kosong itu tidak mendatangkan kepercayaan akan
kebangkitan Yesus. Kubur kosong bukan bukti bahwa Yesus telah bangkit.
Di
lain pihak, ketika ”murid yang lain” itu masuk ke kubur, ia ”melihatnya dan
percaya” (ay 8). Apa yang dilihatnya di dalam kubur memberikan kepadanya
pencerahan untuk mengerti isi Kitab Suci sehingga membuatnya percaya. Jadi,
murid yang lain itu percaya akan kebangkitan Yesus bukan karena melihat kubur
kosong, tetapi karena mendapat pencerahan untuk mengerti Kitab Suci secara lebih
mendalam (bdk. Luk 24:25-27).
Keempat, dusta mahkamah agama bahwa para murid Yesus mencuri
jenasah-Nya sulit diterima karena dusta ini tidak bisa menjelaskan apa motivasi
yang mungkin bisa mendorong para murid untuk menyebarkan sebuah kebohongan,
padahal kebohongan itu menyebabkan mereka dikejar-kejar, dipenjara dan bahkan
dibunuh. Keberanian para murid untuk menjadi martir mencerminkan keyakinan
mereka akan kebangkitan Yesus. Siapa yang secara sukarela mau mati untuk
sesuatu yang diketahui sebagai kebohongan?
Kelima, iman kita pada kebangkitan Yesus memang tidak
didasarkan pada kubur kosong, tetapi didasarkan pada kesaksian para murid yang
melihat Yesus hidup sesudah kematiannya. Rasul Paulus membuat semacam daftar dari
para saksi mata ini, yaitu Petrus (Kefas), keduabelas murid-Nya, lebih dari
lima ratus saudara, Yakobus dan terakhir Paulus sendiri (1 Kor 15:3-8). Untuk
meyakinkan para muridnya, Paulus bahkan menegaskan bahwa kebanyakan para saksi
mata itu masih hidup, sehingga bisa ditanyai tentang kebenaran kebangkitan
Yesus itu.
II. Kain Kafan
Bagaimana
kita dapat membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit? Mudah saja, Anda dapat
melihat kain kafanNya. Bila orang Israel mati, maka mayatnya akan ditutup
dengan dua potong kain kafan, satu kainmenutupi kaki sampai leher dan satu kain
lagi menutupi leher sampai kepala, kemudian orang itu akan ditidurkan di sebuah
gua. Ketika mendapat laporan dari Maria, bahwa Yesus bangkit, murid-murid
nerlari kekuburanNya. Mereka berlari sampai ke dalam dan bertemu dengan
malaikat. Kata malaikat kepada mereka, “Lihatlah ! Inilah tempat mereka
membaringkan Dia” (Mark 16:6b) Lalu dalam Yohanes 20:6-7, Petrus melihat bahwa
kain kafan Yesus masih utuh.
Jika
ada yang mencuri mayat Yesus, pastilah kain kafanNya tidak akan utuh lagi.
Tetapi anehnya, kain kafan Yesus masih utuh. Gulungannya tetap seperti
kepompong, masih utuh dan tidak berantakan sama sekali. Hanya di dalamnya sudah
tidak ada tubuh Yesus. Dia sudah bangkit. Posisi kain kafanNya juga tetap
seperti semula tidak berubah sedikitpun. Ini membuktikan bahwa bukan manusia
yang membuka kain kafan itu tapi Yesus sendiri yang keluar dari kain. Itulah
tubuh kebangkitan.
III. Penampakan Yesus
Arti dan makna penampakan Yesus
selama 40 hari sebagai berikut :
Pertama, Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan suatu cara kehadiran yang baru. Untuk tujuan itu, penampakan selama 40 hari merupakan masa peralihan. Kedua, dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa Ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah bangkit itu merupakan “alam ciptaan baru” di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran-Nya yang permanen. Melalui sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk24:13-35). Waktu mereka berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh oleh rupa Yesus. Tetapi, hati mereka berkobar-kobar ketika Ia mulai berbicara dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih.Luk24:32). Dalam sabda, mereka berjumpa dengan Yesus. Melalui tanda, Yesus membuat para murid mengenal-Nya melalui tanda “memecah-mecahkan roti” tanda ini oleh Gereja diwujudkan dalam Sakremen Ekaristi. Untuk seterusnya, Yesus akan memberikan diri-Nya dalam perayaan Ekaristi.
IV. Wafat Yesus Menyelamatkan Manusia
Wafat
Yesus yang mengerikan bukanlah kebetulan, tetapi merupakan bagian dari misted
penyelamatan Allah. Kitab Suci sudah menubuatkan rencana penyelamatan Ilahi melalui
kematian. “Hamba-Ku yang Benar” sebagai misteri penebusan yang universal.
Santo Paulus dalam pengakuan iman menyatakan: “Kristus telah mati karena
dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci” (1Kor 15: 3).
Yesus
mati untuk kepentingan kita. Hal ini ditegaskan melalui surat pertama Santo
Petrus yang menyatakan: Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengari
barang yang fana, bukan pula dengan perak dan emas, melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda
dan tak bercacat (1Ptr 1: 18-19). Santo Paulus berkata: “Dialah yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5: 21).
Penyerahan
diri Yesus kepadaAllah telah mempersatukan kita kembali dengan Allah.
Rekonsiliasi antara kita dan Allah telah terj adi berkat kematian Yesus
disalib.
COMMENTS