Perintah Untuk Mewartakan Injil. Kristus adalah Allah yang hadir di muka bumi untuk memulihkan cinta-Nya yang telah lama diabaikan oleh ...
Perintah Untuk Mewartakan Injil.
Kristus adalah Allah yang hadir
di muka bumi untuk memulihkan cinta-Nya yang telah lama diabaikan oleh manusia.
Kristus sekaligus menunjukan sifat Allah yang maha cinta melebihi sifat maha
adil-Nya. Begitu banyak perbuatan kasih yang dibuat Yesus. Yesus memperkenalkan
kembali nilai-nilai utama: cinta kasih, keadilan,
kesederhanaan untuk berbagi, kedamaian, kesetaraan manusia, kejujuran,
kebenaran. Namun akhirnya dia mati dengan cara manusia. Hanya 33 tahun Yesus
hidup sebagai manusia, namun sejarah manusia tetap berjalan. Maka nilai-nilai
itu harus tetap diperkenalkan kepada dunia. Manusia harus diselamatkan dan
disatukan kembali kepada penciptanya. Maka Yesus telah memilih 12 orang, plus
Paulus untuk melanjutkan misi-Nya, menjaga kawanan kerajaan Allah. Matius
28:16-20, “…. Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu…”
Tugas mengajar inilah yang kita
terima dari Kristus sendiri.
Perintah untuk Memberitakan Injil
(Mat 28:16-20)
16Dan kesebelas murid itu berangkat
ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.17Ketika
melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.18Yesus
mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi. 19Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman."
Dasar Gereja sebagai Pewarta
Sabda
Dalam diri Yesus dari Nazaret,
Sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Sabda menjadi manusia. Sabda Allah
menjelmakan diri dalam sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu, Sabda Allah
senantiasa hidup dan berbicara dalam segala zaman.
Pada masa sebelum Kristus, Sabda
Allah telah ada namun lebih diwarnai dengan janji. Sedangkan
sesudah penjelmaan (Kristus) Sabda Allah lebih bersifat kesaksian hidup.
Dalam kesaksian itu, Kristus, Sabda sejati hadir di dalam sejarah manusia
sebagai sarana keselamatan.
Bentuk baru Sabda itu adalah
Gereja. Kristus, Sabda Allah, menciptakan Gereja. Lewat Gereja, Ia bisa hadir
dan berbicara dalam sejarah manusia. Di pihak lain, Gereja pada hakikatnya
tidak lain daripada jawaban atas panggilan Yesus Kristus, Sabda Allah. Seluruh
hidup dan keberadaan Gereja merupakan jawaban atas pewartaan dan kesaksian
tentang Yesus Kristus, Sabda dan Wahyu Allah.
Bentuk-bentuk Sabda Allah dalam
Gereja
Dalam diri Yesus dari Nazaret,
sabda Allah tampak secara konkret dan manusiawi.Ada 3 bentuk Sabda Allah dalam
Gereja:
1. Sabda/pewartaanpara
rasul sebagai daya yang membangun Gereja.
2. Sabda
dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normatif.
3. Sabda
Allah dalam pewartaan aktual gereja sepanjang zaman.
Tugas pewartaaan
adalah untuk mengaktualisasi apa yang disampaikan Allah dalam Kristus
sebagaimana diwartakan Para Rasul. Dengan demikian, sabda Allah sungguh datang
pada manusia menyelamatkan mereka yang mendengar dan melaksanakan pewartaan
gereja.
Dua pola Kerygma
a. Kerygma verbal
/ lewat kata-kata.
Misalnya : - Kotbah/ homily :
oleh para Imam untuk membawa perikop Kitab Suci ke dalam hidup umat,
atau menerangi hidup umat dengan perikop Kitab Suci. –
Pelajaran agama, Katekese umat, Pendalaman Kitab Suci, dialog tidak formal
dengan teman atau orang lain tentang Kristus. Memperkenalkan ajaran Kristus
lewat internet, pendalaman kitab suci di dalam keluarga atau lingkungan.
b. Kerygma lewat kesaksian
hidup (martyria)
Memberi kesaksian yang positif
sebagai anggota gereja, umat Allah. Menjadi garam dan terang dunia. Misalnya, lewat
kegiatan politisi yang dapat menjadi panutan, politisi yang jujur, orang
Kristen yang membela hidup orang miskin seperti Rm. Mangun Wijaya di kali code
Jogyakarta. Dari sikap mereka ini, orang diajarkan- tentang kasih
Allah.
Pelaku Kerygma
1. Magisterium.
Gereja
katolik memiliki kelompok tertahbis (hirarki) yang
memiliki wewenang mengajar. Mereka punya kuasa untuk mengajarkan iman dan
kesusilaan. Semua umat kini boleh saja menafsir kitab suci, namun hanya
merekalah yang dapat mengajarkan, atau mengesahkan bahwa ajaran iman seseorang
(awam) dapat diterima. Magister – pengajar/ doctor. Magisterium : wewenang
mengajar.
2. Pewarta Sabda.
Para pewarta adalah
termasuk kaum awam. Mereka diberikan mandat dan kemampuan
oleh magisterium untuk mengajar. Mereka adalah:
a. Para pengkotbah dalam
ibadat-ibadat ,
b. Para katekis, umat
dengan pelbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mau terlibat
sebagai penggerak umat dan masyarakat untuk mengenal Kristus dan atau hidup
menurut ajaran Kristus.
c. Guru Agama :
mereka yang diakui oleh pemerintah dan gereja, memiliki pengetahuan yang baik
tentang iman Katolik dan Kitab Suci, serta tradisi gereja.
Maka inilah hal yang harus
dimiliki oleh para kerygmator / Pewarta :
1. Karena tugas mereka
adalah mengajar / memperkenalkan iman dan kitab suci, maka mereka harus
memiliki iman dan mengenal baik tentang Kitab Suci.
2. Mereka harus
mengenal siapa yang akan menerima pewartaan, dekat dan merasakan senasip dengan
mereka.
Dua Tuntutan dalam Pewartaan
Tugas pewartaan adalah
mengaktualisasi sabda Tuhan yang disampaikan dalam Kristus sebagaimana
diwartakan oleh para rasul.Usaha mengaktualisasi sabda Tuhan itu mengandaikan
berbagai tuntutan yang harus dipenuhi. Tuntutan-tuntutan tersebut antara lain
sebagai berikut:
a) Mendalami dan menghayati
sabda Tuhan.
Orang tidak dapat mewartakan
sabda Allah dengan baik, jika ia sendiri tidak mengenal dan menghayatinya. Oleh
sebab itu, kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui dan menghayati isi Kitab
Suci, ajaran-ajaran resmi Gereja dan keseluruhan tradisi Gereja, baik Gereja
universal maupun Gereja lokal.
b) Mengenal umat/masyarakat
konteksnya
Dalam tugas pewartaan, hendaknya
juga memperhatikan dan mengenal dengan baik jiwa dan budaya masyarakat
setempat. Agar apa yang diwartakan dengan mudah diserap dan sejalan dengan
situasi masyarakat. Intinya, Sabda Allah yang diwartakan harus sesuai dengan
konteks hidup masyarakat.
COMMENTS