Pengalaman dua murid, yang hendak ke Emaus,berjumpa dengan Yesus yang bangkit akhirnya menjadikan mereka sebagai saksi kebangkitan bagi para murid.
Yesus telah bangkit. Lalu, Ia berinisiatif untuk menampakan diri kepada Maria Magdalena dan para murid-Nya.
Kesedihan hati mereka berubah menjadi sukacita karena Yesus, yang bagi mereka telah mati, akhirnya hidup kembali dan sungguh hadir di tengah mereka.
Iman kebangkitan perlu diwartakan sebagai sebuah kesaksian. Jika kita mengalami kebangkitan Tuhan, maka kita pun dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan Tuhan itu, terutama kepada mereka yang lemah, sakir, dan mengalami keterpurukan dalam hidup.
Mari kita renungkan bacaan hari ini!
Bacaan Kamis dalam Oktaf Paskah
Injil: Lukas 24:35-48
Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
Menjadi Saksi Kebangkitan--Peristiwa kebangkitan Yesus terjadi secara tersembunyi dan sangat rahasia. Kitab suci juga tidak menceritakan bagaimana persisnya peristiwa kebangkitan itu terjadi. Yang kita tahu bahwa sesudah kebangkitan Yesus menampakkan Diri kepada Maria Magdalena dan juga kepada semua murid dalam beberapa kesempatan.
Yesus menampakkan Diri kepada dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Sesudah itu Ia juga menampakkan Diri kepada semua murid, saat mereka berkumpul dan membicarakan tentang peristiwa Emaus. Pada waktu itu Yesus mengingatkan muridnya akan nubuat ini, “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan kamu adalah saksi dari semuanya ini" (bdk. Luk 24:35-48). Yesus menegaskan bahwa para murid adalah saksi dari kebangkitan-Nya.
Kita sebagai murid Tuhan Yesus sekarang ini juga dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya. Kita dan para rasul samasama juga tidak melihat persis peristiwa kebangkitan. Meskipun tidak melihat peristiwa itu secara langsung, namun kita diminta menjadi saksi. Bagaimana kita memberi kesaksian tentang kebangkitan Yesus? Kesaksian apa yang bisa kita berikan tentang kebangkitan Tuhan sementara kita bukanlah saksi mata?
Kita harus mengalami, melihat dan meyakini dengan jelas bukti kebangkitan Yesus dalam hidup kita. Kebangkitan Yesus tidak hanya bisa disaksikan dan dilihat pada peristiwa dua ribu tahun silam, tapi saat ini dalam pengalaman hidup kita secara nyata. Apakah kita mengalami dan merasakan bahwa Yesus hidup? Sungguhkah kita rasakan karya-Nya dalam hidup kita? Itulah bukti dari kebangkitan kalau kita menemukannya dalam hidup.
Jangan sampai kita hanya menjadi saksi-saksi palsu, yang memberi kesaksian tentang Yesus tanpa melihat secara nyata kebangkitan itu dalam hidup kita. Kita mestinya melihat peristiwa kebangkitan itu dalam hidup kita, mengalaminya secara nyata, barulah kita menjadi saksi.
*Rm. Kardiaman Simbolon, O.Carm/Cafe Rohani, Hal.23.
COMMENTS