Perempuan-perempuan yang telah mengalami kebangkitan Yesus akhirnya berani mewartakan Yesus yang bangkit. Merekalah saksi yang mewartakan kebangkitan.
Ketakutan dan kecemasan adalah hal yang sangat manusiawi. Namun, jika tidak diolah dengan baik, hal itu bisa menghancurkan hidup kita.
Bagaimana agar ketakutan dan kecemasan itu kita olah? Apakah mungkin kita bisa menghadapi ketakutan dan kecemasan kita, dan mengubahnya menjadi keberanian dan semangat baru?
Peristiwa hidup kita perlu dilihar dalam terang Kebangkitan Tuhan. Lewat kebangkitan, Yesus mengalahkan dosa dan menyelamatkan kita. Kembangkitan memberi kita harapan baru, dari ketakutan menjadi keberanian.
Mari kita renungkan bacaan hari ini!
Renungan Senin dalam Oktaf Paskah
Bacaan Injil: Matius 28:8-15
Pada waktu itu perempuan-perempuan pergi dari kubur, diliputi rasa takut dan sukacita yang besar. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus telah bangkit. Tiba-tiba Yesus menjumpai mereka dan berkata, "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
Maka kata Yesus kepada mereka, "Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka masih di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga makam Yesus ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala.
Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan, lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata, "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam dan mencuri jenazah-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Kebangkitan Menghalau Ketakutan--Kebangkitan Yesus mendatangkan sukacita bagi para murid-Nya. Dengan semangat mereka berlari-lari menyebarkan berita besar ini kepada semua orang. Mereka menyaksikan peristiwa besar yang tidak ada dalam pemikiran mereka. Kebangkitan Yesus menjadi jawaban atas segala kecemasan dan kekaburan pemahaman manusia akan dasar, akhir dan tujuan hidup ini.
Sebelum Kristus bangkit, manusia memahami keterbatasan akan arti dan makna hidup serta kemana tujuan akhir dari hidup manusia. Ketidakpastian hidup dan situasi gelap penuh misteri, keadaan hidup setelah kematian yang selama ini mendera manusia terjawab sudah secara pasti dan meyakinkan dengan kebangkitan Kristus. Kebangkitan-Nya mengusir rasa takut dan cemas kita. Kebangkitan-Nya memberi kita kepastian hidup dan semakin optimis akan tujuan akhir hidup kita yaitu kebahagiaan yang sejati.
Kristus yang bangkit selalu menyapa orang-orang yang dijumpainya dengan sapaan pembuka yang selalu sama. “Salam bagimu.” Yesus mau meyakinkan para murid-Nya bahwa kehadiran-Nya selalu menjadi pembawa damai, harapan, dan sukacita bagi siapa pun.
Kristus adalah wajah Allah Bapa yang sesungguhnya. Maka melalui kebangkitan Yesus ini, ditampakkan bahwa Allah itu bukan pribadi yang pendendam. Meskipun dikhianati, tidak menjadi sakit hati dan pendendam, Allah tetap memberi damai dan sukacita. Allah memberi pengharapan hidup pada manusia dengan menjanjikan sukacita abadi dan kebahagiaan kekal setelah kematian.
Kematian bukan lagi hal yang menakutkan dan mencemaskan. Kematian adalah pintu satu-satunya menuju kebangkitan. Iman mengajarkan kita untuk berdamai dengan kematian serta menerima kematian sebagai pintu masuk kepada tujuan sejati hidup. Maka orang kristiani adalah pribadi yang tidak pernah takut menjalani hidup dan juga tidak pernah takut untuk memasuki kematian.
*Rm.Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm/Cafe Rohani April 2021, Hal 17.
COMMENTS